BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari
masalah-masalah kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama. Dalam
makalah ini penulis ingin menyampaikan tentang aspek-aspek psikologi yang
berhubungan dengan perkembangan agama.
Perkembangan jiwa agama seseorang ternyata dipengaruhi oleh
berbagai aspek psikologis yang secara tidak langsung menyatakan bahwa antara
agama dan psikologis saling mempengaruhi, diantaranya kecerdasan beragama
dimana seorang individu dilihat dari kesanggupan pikirannya dalam mengatasi
tuntutan kehidupan, motivasi beragama dimana sebagai pendorong atau menjalankan
suatu aktivitas keagamaan, sikap keagamaan dimana seseorang berprilaku terhadap
suatu objek, ketaatan beragama dimana membawa dampak positif kepada kesehatan
mental karena selalu ingat Allah SWT, dan tingkah laku keagamaan dimana segala
aktivitas seseorang dalam menjalani kehidupan yang didasarkan atas nilai-nilai
agama yang diyankinya
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa
saja aspek-aspek psikologi yang berhubungan dengan perkembangan beragama ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Kecerdasan Beragama
1.
Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan dalam bahasa inggris disebut intelligence dan
bahasa arab disebut al-dzaka menurut arti bahasa adalah pemahaman,
kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti kemampuan (al-qudrah)
dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna.
Crow and Crow, mengemukakan bahwa inteligensi berarti kapasitas
umum dan seorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam
mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru, keadaan rohaniah secara umum yang
dapat disesuaikan dengan problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru di dalam
kehidupan.
2.
Macam-macam Inteligensi (Kecerdasan)
A.
Kecerdasan
Intelektual
Kecerdasan
intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan proses kognitif seperti
berfikir, daya menghubungkan dan menilai atau mempertimbangkan sesuatu..
Tinggi
rendahnya kecerdasan intelektual seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
1.
Pembawaan,
yaitu kesanggupan yang dibawa semenjak lahir dan setiap orang tidak ada yang
sama.
2.
Kematangan,
yaitu saat munculnya daya intelek yang siap untuk dikembangkan mencapai
puncaknya (masa peka).
3.
Lingkungan,
yaitu faktor luar yang mempengaruhi intelegensi pada masa perkembangannya.
4.
Minat,
yaitu motor penggerak dalam perkembangan intelegensi.
B.
Kecerdasan
Emosional
a.
Pengertian
kecerdasan emosional
Kecerdasan emosinonal merupakan istilah baru yang pertama kali
ditemukan oleh salovy, psikologi dari Univesitas Yale, dan Mayer dari
Universitas New Hampeshire pada tahun 1990. Salovey dan Mayer menggunakan
istilah kecerdasan emosi untuk menggambarkan sejumlah kemampuan mengenali emosi
diri sendiri, mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat,
memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan dengan orang
lain.
Ciri utama dari pikiran emosional adalah respons yang tepat tetapi
ceroboh, mendahulukan perasaan dari pada pemikiran, Respon yang seperti kanak-kanak,
masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang, dan realitas yang ditentukan
oleh keadaan.
b.
Aspek-aspek
kecerdasan emosional
Ari Ginanjar mengemukakan aspek-aspek yang berhubungan dengan
kecerdasan emosional dan spiritual, seperti
1.
Konsistensi
(‘istiqamah)
2.
Kerendahan
hati (tawudhu)
3.
Berusaha
dan berserah diri (tawakkal)
4.
Ketulusan
(ikhlas), dan totalitas (kaffah)
5.
Keseimbangan
(tawazun) dan
6.
Integritas
dan penyempurnaan (ihsan)
Sedangkan
Jalaluddin Rahmat mengemukakan bahwa untuk memperoleh kecerdasan emosional yang
tinggi (matang), harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1.
Musyarathah, berjanji pada diri sendiri untuk membiasakan perbuatan baik dan
membuang perbuatan buruk
2.
Muraqabah, memonitor reaksi dan perilaku sehari-hari
3.
Muhasabah, melakukan perhitungan baik dan buruk yang pernah dilakukan
4.
Mu’atabah dan mu’aqahah, mengecam keburukan yang dikerjakan dan
menghukum diri sendiri (sebagai hakim sekaligus sebagai terdakwa)
C.
Kecerdasan
Moral
Kecerdasan moral ialah kemampuan untuk merenungkan mana yang benar
dan mana yang salah, dengan menggunakan sumber emosional dan intelektual
pikiran manusia. Indikator kecerdasan moral adalah bagaiamana seseorang
memiliki pengetahuan moral yang baik dan yang burul, kemudian dia mampu
menginternalisasikan moral yang baik ke dalam kehidupan nyata dan menghidarkan
diri dari moral yang buruk.
Kecerdasan moral tidak bisa dicapai dengan menghafal atau mengingat
aturan yang dipelajari, melainkan membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar
dimana seseorang berada.
D.
Kecerdasan
Spritual
Kecerdasan spritual bukanlah doktrin agama yang mengajarkan manusia
untuk memilih salah satu agama, tetapi ia merupakan sebuah konsep yang berhubungan
bagaiaman seseorang mempunyai kecerdasan dalam mengelola makna-makna,
nilai-nilai dan kualitas kehidupan spiritualnya.
E.
Kecerdasan
Qalbiyah
Kecerdasan qalbiyah adalah sejumlah kemampuan diri secara
cepat dan sempurna, untuk mengenal kalbu dan aktivitas-aktivitasnya, mengelola
dan mengekspresikan jenis-jenis kalbu secara benar, memotivasi kalbu untuk
membina hubungan moralitas dengan orang lain dengan hubungan ubudiyah
dengan tuhan.
Menurut Toto Tasmara Qalbu adalah hati nurani yang menerima
limpahan cahaya kebenaran ilahiyah yaitu ruh. Dengan kalbu inilah Allah
memanusiakan manusia dan memuliakannya dan makhluk yang lain. Kalbu merupakan saqhafa
atau hamparan yang menerima suara hati (conscience) yang asalnya dari
ruh dan juga sering diistilahkan dengan nurani (bersifat cahaya) yang berfungsi
menerangi dan memberikan arah pada manusia untuk bersikap dan bertindak.
2.2
Motivasi Beragama
1.
Pengertian Motivasi
Motivasi sendiri merupakan istilah yang lebih umum digunakan untuk
menggantikan term “motif-motif” yang dalam bahasa inggris disebut dengan motive
yang berasal dari kata motion, artinya gerakan atau suatu yang bergerak.
Motif dalam psikologi berarti rangsangan dorongan, atau pembangkit tenaga bagi
terjadinya tingkah laku.
Hasan langgulung berpendapat bahwa motivasi merupakan suatu keadaan
psikologis yang merangsang dan memberi arah terhadap aktivitas manusia. Dialah
kekuatan yang menggerakkan dan mendorong aktivitas seseorang. Motivasi itulah
yang membimbing seseorang ke arah tujuan-tujuannya.
Menurut stagner sebagai ahli psikologi menyatakan bahwa motivasi
manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
Motivasi
Biologi, yaitu motivasi dalam bentuk primer atau dasar yang menggerakkan
kekuatan seseorang, seperti lapar, dahaga, kekurangan udara, letih, dan
menjauhi rasa sakit.
2.
Motivasi
Emosi, seperti rasa takut, marah, gembira, cinta, benci, jijik, dan sebagainya.
3.
Motivasi
Nilai dan Minat, yaitu nilai dan minat seseorang itu bekerja sebagai motivasi
yang mendorong seseorang bertingkah laku sesuai dengan nilai dan minat yang
dimilikinya.
2.
Peran Motivasi
Motivasi memiliki beberapa peran dalam kehidupan manusia,
setidaknya terdapat empat peran dari motivasi, yaitu:
1.
Motivasi
berfungsi sebagai pendorong manusia dalam berbuat sesuatu.
2.
Motivasi
berfungsi untuk menentukan arah dan tujuan.
3.
Motivasi
berfungsi sebagai penyeleksi atas perbuatan yang akan dilakukan oleh manusia
baik atau buruk, sehingga tindakannya selektif.
4.
Motifasi
berfungsi sebagai penguji sikap manusia dalam beramal, benar atau salah,
sehingga bisa dilihat kebenaran atau kesalahannya.
Jadi, motivasi
berfungsi sebagai pendorong, penentu, penyeleksi, dan penguji sikap manusia
dalam kehidupan. Namun dari semua fungsi atau peran motivasi diatas, fungsi
pendoronglah yang paling dominan diantara fungsi-fungsi yang lain.
3.
Jenis Motivasi Beragama
a.
Motivasi
Beragama Dalam Psikologi
Nico Syukur Dister Ofm, dalam bukunya “Pengalaman dan Motivasi
Beragama”, menyatakan bahwa ada empat motivasi yang menyebabkan orang beragama
:
1.
Agama
sebagai Sarana Untuk Mengatasi Frustasi
2.
Agama
Sebagai Sarana Untuk Menjaga Kesusilaan
3.
Agama
Sebagai Sarana Untuk Memuaskan Intelek yang ingin tahu
4.
Agama
Sebagai Sarana Untuk Mengatasi Ketakutan
b.
Motivasi
Beragama Dalam Islam
Di dalam ajaran islam ada dua
jenis motivasi beragama, yaitu motivasi beragama yang rendah, dan
motivasi beragama yang tinggi.
1.
Motivasi
Beragama yang Rendah
Diantara motivasi beragama yang rendah dalam islam adalah sebagai
berikut:
a.
Motivasi
beragama karena didorong oleh perasaan jah dan riya
b.
Motivasi
beragama karena ingin mematuhi orang tua dan menjauhkan larangannya.
c.
Motivasi
beragama karena demi gengsi atau prestise
d.
Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu atau
seseorang
e.
Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk melepaskan diri dari kewajiban
agama.
2.
Motivasi
Beragama yang Tinggi
Sedangkan diantara motivasi beragama yang tinggi dalam islam adalah
sebagai berikut:
a.
Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan surga dan
menyelamatkan diri dari azab neraka.
b.
Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk beribadah dan mendekatkan diri
kepada Allah.
c.
Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keridhaan Allah dalam
hidupnya.
d.
Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup.
e.
Motivasi
beragama karena didorong ingin hulul (mengambil tempat untuk menjadi
satu dengan Tuhan).
f.
Motivasi
beragama karena didorong oleh kecintaan (mahabbah) kepada Allah SWT.
g.
Motivasi
beragama karena ingin mengetahui rahasia Tuhan dan peraturan Tuhan tentang
segala yang ada (ma’rifah).
h.
Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk al-ittihad (bersatu dengan
Tuhan).
2.3
Sikap Keagamaan
1.
Pengertian Sikap
Menurut Oemar Hamalik, sikap
merupakan tingkat afektif yang positif atau negatif yang berhubungan dengan
objek psikologis, positif dapat diartikan senang sedangkan negatif berarti
tidak senang atau menolak. Sikap terdapat 3 komponen yang bekerja secara
komplek, yang merupakan bagian sangat menentukan sikap seseorang terhadap suatu
objek, baik bentuk yang kongkrit ataupun abstrak, yaitu:
1.
Komponen
kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan atau dipersepsikan terhadap
obyek.
2.
Komponen
afiksi dikaitkan dengan apa yang dirasakan terhadap obyek.
3.
Komponen
konasi berhubungan dengan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak terhadap
obyek.
Sikap merupakan
hasil belajar yang diperoleh melalui
pengalaman interaksi dan komunikasi yang terus menerus dengan lingkungan
sekitarnya. Dalam pembentukan sikap faktor pengamalan mempunyai peran sangat
penting hal ini berarti sikap seorang akan banyak dipengaruhi lingkungan
budaya, misalnya keluarga,norma,agama, adat istiadat. Namun dalam pembentukan
sikap seseorang individu, faktor individu itu sendiri ikut pula menentukan.
Menurut Siti Partini
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap adalah:
1.
Faktor
internal: yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri individu yaitu kemampuan menyeleksi dan mengola atau menganalisis
pengaruh yang datang dari luar, termasuk disini minat, perhatian dan sebagainya
2.
Faktor
eksternal: faktor yang berasal dari luar
diri individu yaitu pengaruh dari lingkungan yang diterimanya.
2.
Pengertian Sikap Keagamaan
Menurut abu ahmadi “ apabila
individu memiliki sikap positif terhadap suatu objek ia akan siap membantu,
memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek itu”. Bila seseorang
percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar dan baik, maka timbullah
perasaan cinta, suka, setuju, simpati dan menyenangkan mengalahkan sikap
negatif yaitu perasaan, antipati, menolak, mengecam, mencela menyerang dan
membinasakan. Perasaan seseorang bisa mempengaruhi perilaku seseorang.
Didalam sikap keagamaan antara
komponen-komponen selalu berhubungan erat , seseorang yang melakukan amal
keagamaan, karena ia sudah terlebih dahulu mengetahui dan meyakini bahwa agama
agama itu baik dan benar, serta mempunyai perasaan senang terhadap agama.
Zakiah daradjat (1998) mengatakan
bahwa sikap keagamaan merupakan perolehan dan bukan bawaan. Terbentuk melalui
pengalaman langsung yang terjadi dalam hubungan dengan unsur-unsur lingkungan
materi dan sosial.
2.4
Ketaatan Beragama
Manusia berbakti kepada tuhan itu diwujudkan dengan melaksanakan
segala yang diperintahkan oleh tuhan dan menjauhi segala laranganya. Ketaatan
beragama membawa damapak positif terhadap kesehatan mental karena pengalaman
membuktikan bahwa seseorang yang taat beragama selalu mengingat allah swt.
Firman allah “Sesungguhnya dengan mengingat allah jiwa akan tentram”
(QS. 13.28)
Ketaatan beragama umumnya dipengaruhi oleh faktor termasuk
stratifikasi sosial (kedudukan dalam masyarakat) yaitu:
1.
Faktor
psikologis: kepribadian dan mental
2.
Faktor
umur
3.
Faktor
kelamin
4.
Faktor
Pendidikan
5.
Faktor
stratifikasi sosial
2.5
Tingkah Laku Keagamaan
1.
Pengertian Tingkah Laku
Dalam Kamus Bahasa Indonesia tingkah laku adalah perangai, kelakuan
atau perbuatan. Menurut J.P. Chaplin tingkah laku itu merupakan reaksi,
tanggapan, jawaban atau balasan yang dilakukan oleh organisme.
Menurut Dali Gulo, tingkah laku dalam psikologi disebut behavior,
adalah setiap tingkah laku manusia atau
hewan yang bisa dilihat. Sudarsono menambahkan bahwa tingkah laku manusia atau
hewan dapat dilihat dengan cara mengamatinya. Tingkah laku meliputi kegiatan
atau aktifitas yang melibatkan aspek motorik, kognitif, dan emosional.
2.
Pengertian Tingkah Laku Keagamaan
Tingkah laku keagamaan adalah segala aktifitas manusia dalam
kehidupan didasarkan atas nilai-nilai agama yang diyakininya. Tingkah laku
keagamaan tersebut merupakan perwujudan dari rasa dan jiwa keagamaan
berdasarkan kesadaran dan pengalaman beragama pada diri sendiri. Tingkah laku
keagaman itu sendiri pada umumnya didorong oleh adanya suatu sikap keagamaan
yang merupakan keadaan yang ada pada diri seseorang. Sikap keagamaan merupakan
interaksi secara komplek antara pengetahuan agama, perasaan agama dan tindak
keagamaan dalm diri seseorang. Tingkah laku keagamaan juga ditunjukan oleh
adanya ke ikhlasan pada diri seseorang, orang yang ikhlas dalam beribadah,
beramal hanya karena Allah semata.
Indikator lain dari tingkah laku keagamaan berupa kesabaran. Orang
yang beragama, akan selalu tabah dan sabar dengan berbagai cobaan, ia juga
sabar terhadap segala kewajiban yang diberikan tuhan kepadanya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perkembangan Jiwa keagamaan dipengaruhi oleh berbagai aspek
psikologis yang secara tidak langsung menyatakan bahwa antara agama dan
psikologi saling mempengaruhi, yakni diantaranya dalam hal intelegensi (kecerdasan)
beragama, motivasi beragama, sikap beragama, tingkah laku beragama, dan
ketaatan beragama.
Intelegensi berarti kapasitas umum dari seseorang individu yang
dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan
kebutuhan-kebutuhan baru, keadaan rohaniah secara umum yang dapat disesuaikan
dengan problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru dalam kehidupan.
Motivasi memiliki beberapa peran dalam kehidupan untuk menjalankan
aktivitas keagamaan, ada empat motivasi yang berperan dalam kehidupan manusia.
Motivasi berfungsi sebagai pendorong manusia dalam berbuat sesuatu,
penyeleksian atas perbuatan, menentukan arah dan tujuan, pengujian manusia
dalam beramal.
Dalam sikap keagamaan antara komponen kognitif, efektif, dan
kognatif saling berintegrasi sesamanya secara kompleks. Sikap keagamaan bukan
merupakan bawaan akan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh
faktor internal dan eksternal.
Tingkah laku keagamaan itu sendiri pada umumnya didorong oleh
adanya suatu sikap keagamaan yang merupakan keadaan yang ada pada diri seseorang.
Sedangkan ketaatan beragama membawa dapak positif terhadap kesehatan mental
karena pengalaman membuktikan bahwa seseorang yang taat beragama ia selalu
mengingat Allah SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
Ramayulis. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia
Jalaludin. 2009. Psikologi Agama. Jakarta: Pt. Rajagrafindo
Persada
http://ruthmart.blogspot.co.id/2014/05/5-ciri-utama-pikiran-emosional.html?m=1 dilihat 01/03/2018 20:23 WIB
http://mukrojat.blogspot.co.id/2012/03/aspek-aspek-psikologis-yang-berhubungan.html?m=1 Dilihat 02/03/2018
21:19 WIB
Mantap
BalasHapusBagus
BalasHapus👍👍
BalasHapusPeningkatan intelektualitas dri segi agama sangat di dukung
BalasHapus