2.1
Pengertian
Perilaku Verbal
Perilaku verbal sebenarnya adalah komunikasi verbal yang biasa kita
lakukan sehari-hari. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
kata-kata, baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Komunikasi ini paling
banyak dipakai dalam hubungan manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan
perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta,
data dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan
pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal bahasa
memegang peranan penting.
2.2
Pengertian
Perilaku Nonverbal
Perilaku nonverbal adalah perilaku yang dalam berkomunikasi menggunakan
pesan-pesan nonverbal (bahasa tubuh). Istilah nonverbal biasanya digunakan
untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap. Secara
teoritis perilaku vebal dan perilaku nonverbal dapat dipisahkan. Namun pada
kenyataannya, kedua jenis perilaku ini saling jalin-menjalin, saling melengkapi
dalam berperilaku dan berkomunikasi yang kita lakukan sehari-hari (Jalaludin
Rakhmat, 1994).
Dalam relasi konselor-klien terjadi perilaku verbal (bahasa lisan)
yang didalamnya terlibat pula perilaku nonverbal, seperti geraka isyarat, gerak
tubuh, air muka, getaran suara, cara duduk, dan sebagainya. Bahasa lisan
(verbal) mungkin saja bertentangan dengan perilaku nonverbal dan mungkin pula
perilaku nonverbal mendukung/ menekankan bahasa lisan.
Perilaku nonverbal tidak muncul secara acak, akan tetapi berada di
setiap elemen helping relationship. Artinya, klien terus saja
menghadirkan perilaku tersebut bersamaan dengan lisannya. Sebab setiap saat
klien mungkin saja secara tidak disadari menekankan atau menentang bahasa
lisannya dengan perilaku nonverbal.
Dari pernyataan-pernyataan diatas, maka pengertian dari perilaku
nonverbal adalah mecangkup segala ungkapan yang tak disadari klien dalam bentuk
gerak isyarat, gerak tubuh, air muka, nada/ getaran suara, dan tarikan nafas.
Suatu ilmu yang mempelajari bahasa tubuh (body language)
diberi nama kinesics, yaitu ilmu yang didasari atas pola-pola perilaku
yang berhubungan dengan gerak tubuh termasuk gerak jari-jari, gerak bibir, dan
mata. Suatu study (Julius fast, 1973 ) menunjukkan bahwa bahasa tubuh dapat
bertentangan dengan bahasa verbal. Suatu contoh klasik adalah seorang gadis
yang mengatakan kepada konselor bahwa dia sangat membenci pacarnya, sementara
pada air mukanya ia memungkiri.
2.3
Klasifikasi
Perilaku Nonverbal
Mark L. Knapp dalam bukunya Nonverbal Comunnication in human Interaction
( 1973) mengatakan bahwa perilaku verbal dan nonverbal amat lengket
sehingga sulit untuk memisahkannya.
Berdasarkan penelitian, perilaku nonverbal dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Body
motion atau kinesics behavior. Termasuk
didalamnya : gestures (gerak isyarat), gerakan tubuh, pernyataan air muka,
perilaku/ gerakan mata.
2. Physical
characteristic,
(karakterristik fisik): yang termasuk tanda-tanda fisik yang tak bergerak
seperti, bau badan / mulut, berat, tinggi, dan sebagainya.
3. Pouching
behavior, yaitu perilaku-perilaku dalam
kontak dengan orang lain seperti usapan, salaman, ucapan selamat tinggal,
memukul, dan memegang.
4. Paralangguage: yaitu hal-hal yang berhubungan dengan lisan/ bahasa/ suara,
termasuk kualitas bahasa seperti tekanan suara, ritme/ irama, tempo,
artikulasi, resonansi, dan karakteristik vokal.
5.
Proxemics : penggunaan jarak atau kedekatan.
6. Artifac : yaitu perilaku yang erat kaitanya dengan benda-benda yang
digunakan seperti penggunaan lipstik, parfum, kacamata, wig, dan sebagainya.
7. Environmental
factors : yaitu
perilaku nonverbal yang berkaitan dengan lingkungan seperti penggunaan
perabotan, dekorasi interior, lampu-lampu, harum-haruman, warna, temperatur,
musik, suara, dan sebagainya.
2.4
Tujuan
Perilaku Nonverbal
Tujuan-tujuan dari perilaku nonverbal telah dikelompokkan oleh Paul
Ekman dan W.V. Friesen dalam bukunya The Repertoire of Nonverbal Behavior
(1969) yaitu :
1.
Sebagai
emblems (lambang). Perilaku-perilaku nonverbal ini adalah melukiskan
kata-kata atau ungkapan-ungkapan seperti gestures (isyarat-isyarat)
untuk menyatakan I’m OK. Atau untuk menunjukkan damai. Mengusir dengan gerakan
kepala, anggukan atau gelengan untuk menyatakan ‘’ya’’.
2.
Sebagai
ilustrator (juru lukis). Perilaku
nonverbal ini berguna untuk mendampingi pidato, yang biasanya dengan tangan dan
gerakan tubuh yang menekankan apa yang diucapkan.
3.
Sebagai
affect display ( pernyataan-pernyataan perasaan ) seperti ekspresi air
muka yang diulangi, memperbesar pertentangan, atau berhubungan dengan keadaan
perasaan dalam verbal (marah, takut, senang).
4.
Sebagai
regulations (pengaturan-pengaturan) terhadap perbuatan seperti goyangan
kepala, karlingan mata, yang memelihara atau mengatur pembicaraan dan
mendengarkan.
5. Sebagai
adapters yaitu penyesuaian gerak tubuh dan penyesuain emosi seperti :
gerak kaki, penyesuaian/ pengaturan emosi, sikap, dan penyesuaian sosial.
2.5
Fungsi
Perilaku Nonverbal
Menurut Ekman (Shetrzer and Stone, 1979) terdapat lima
fungsi nonverbal yaitu:
1.
Menekankan
isi dari pesan lisan.
2.
Menjelaskan
isi dari pesan lisan.
3.
Menguji
suatu kebisuan verbal.
4.
Menyediakan
informasi yang berhubungan dengan pesan lisan.
5. Menambah informasi baru
bukan dalam isi pesan lisan2.6 Perilaku Nonverbal dalam Konseling
Perilaku nonverbal sangat dibutuhkan oleh seorang konselor, dimana
untuk mengetahui atau memperjelas makna bahasa lisan yang disampaikan seorang
klien. Dengan dapat membaca bahasa tubuh kliennya konselor akan mampu
melahirkan sikap konselor yang empati, memahami, dan menghargai klien.
1.
Metode
penggunaan fotografi
Tujuan dari metode ini adalah untuk menentukan apakah emosi dapat
diteliti dengan cermat. Kelehaman dari penggunaan fotografi yaitu karena
ketiadaan gerakan dan kurangnya informasi tentang urutan kegiatan perilaku
dalam fotografi tersebut.
2.
Metode film dan video
Pada abad ke-21 penggunaan film sebagai praktek konseling sudah hal
biasa. Ruangan konseling dilengkapi dengan kamera TV pengintai (surveillance
camera) untuk dipancarkan ke layar TV di ruangan observasi dimana berkumpul
beberapa calon konselor untuk mengamati emosi, stres, perilaku nonverbal, dan
bahasa lisan dari klien itu.
3.
Gerakan
isyarat
Gerakan isyarat telah diteliti dalam beberapa setting drama,
pidato, dan kegiatan belajar-mengajar. Perilaku nonverbal kegiatan
belajar-mengajar di kelas telah diteliti dengan menggunakan rekaman film dan
video. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki keterampilan guru dalam mengajar
serta respon guru terhadap emosi siswa dikelas.
4.
Setting
wawancara
Dalam
setting wawancara, khusunya wawancara konseling, konselor dapat
mengamati bahasa nonverbal klien misalnya klien stres, klien dengan isyarat
tertentu, pengawakan tubuh waktu duduk, serta gerakan tubuh yang mengandung
makna-makna tertentu.
5. Pengamatan
psikiatris
Fieldman (1959), mengumpulkan suatu daftar isyarat-isyarat yang
representatif tentang percakapan dan gerakan tubuh yang bermakna. Berikut
daftar isyarat-isyarat (yang representif) beserta makna/ tafsiran dari fieldman
dalam buku Mannerisms of Speech and Gestures in Everday Life. Hal ini
tentunya ditafsirkan menurut budaya Amerika.
1.
Erect
Head (kepala Tegak); artinya percaya diri, harga diri, berani.
2.
Bowed
head (kepala tunduk); artinya kerendahan
hati (humility), pengunduran diri (resigation), rasa bersalah (guilt),
kepatuhan (submission).
3.
Touching
nose (memegang hidung); cemas (anxiety),
ketakutan untuk tampil (demam panggung/ stage frigate) di depan umum.
4.
Artificial
cough (batuk buatan); kritik, meragukan,
heran, cemas.
5.
Closing
ears with hands (menutup
telinga dengan jari-jari); tidak mau mendengarkan.
6.
Forming
ring with finger (membentuk
cincin dengan jari); persatuan, kepuasan.
7.
Rubbing
thumb and middle finger (menggosok-gosokkan
ibu jari dan jari tengah); mencari solusi.
8.
Pressing
head with hands (menekan-nekan
kepala dengan tangan); mengalami banyak kesukaran, keputusasaan,
ketakberdayaan.
Masyarakat
indonesia dengan budayanya yang pluralistik juga mempunyai isyarat-isyarat
bahasa nonverbal dimana secara umum dapat dimaknai oleh orang indonesia.
berikut ada beberapa bahasa isyarat dalam perilaku nonverbal pada budaya
indonesia.
1.
Membelalakkan
mata; artinya marah, terkejut, menentang, heran.
2.
Muka
merah; malu, menahan marah.
3.
Dahi
dikerutkan mata agak terpejam; menghadapi kesukaran.
4.
Menggosok-gosok
mata; menghadapi kesukaran, berpikir.
5.
Menggaruk-garuk
kepala; menahan malu, kesal.
6.
Memegang
kepala dengan kedua tangan sambil tertunduk; kecewa, konflik, stres, keadaan
pelik menekan.
7.
Telinga
merah; menahan malu, marah.
8.
Menggoyang-goyang
kaki saat duduk; menahan stres.
Dalam proses konseling, konselor diharuskan untuk lebih sedikit
bicara dari pada klien. Meskipun klien tidak bicara dan hanya mengungkapkan
lewat bahasa nonverbal. Banyak orang percaya bahwa perilaku nonverbal konselor
dapat mengubah perilaku klien. Perilaku nonverbal sangat berhubungan dengan
perilaku verbal, sehingga sulit untuk dipisahkan.
Beberapa perilaku nonverbal yang sangat berkaitan dengan perilaku
verbal yaitu:
1.
Isyarat
muka
Isyarat muka ini mempunyai tujuan utama untuk memperlihatkan
komunikasi yang bersifat afek yakni emosi dan sikap seperti perasaan senang,
sedih, marah, jijik, muak, dan sebagainya.
Dalam praktek konseling, baik individu maupun kelompok bahasa
nonverbal berpengaruh besar terhadap bahasa lisan sehingga menjadikan klien
lebih terbuka, lebih jujur, dan senang menceritakan perasaan dan pengalamannya
kepada konselor tanpa merasa malu atau takut.
2.
Proxemic behavior
Proxemic behavior
adalah ketidakkonsistenan antara perilaku verbal dan nonverbal konselor
terhadap klien. Apabila konselor menyampaikan ucapan empati kepada klien,
tetapi tidak diikuti dengan bahasa tubuh, maka bahasa lisan konselor tidak akan
mempengaruhi perilaku klien.
3.
Perilaku
attending
Dalam
perilaku attending terdapat berbagai bahasa nonverbal seperti senyum,
ekspresi wajah yang cerah, kontak mata yang bersinar, anggukan kepala, badan
agak membungkuk kedepan, semua itu akan mendukung bahasa lisan seorang
konselor. Bahkan perilaku attending akan memudahkan klien mengungkapkan
isi hatinya secara jujur dan terbuka tanpa merasa malu dan takut kepada
konselor.
2.1
Perilaku
Verbal dan Nonverbal Konselor
Sering terjadi bahwa perilaku konselor kurang bermakna, suka
mengkritik dengan tajam, kurang bersahabat, dan sebagainya. Lisan konselor yang
demikian itu akan itu akan membuat klien menjadi enggan berbicara dengannya.
Disamping itu adapula perilaku nonverbal konselor yang membuat klien kesal,
benci, dan sebagainya. Hal itu dapat terjadi karena konselor kurang sensitif dan
kurang terlatih dengan perilaku verbal dan nonverbalnya.
Berikut ini adalah
contoh-contoh perilaku verbal dan nonverbal konselor yang kurang baik dan tidak
efektif yang dapat membuat tujuan konseling tidak tercapai (Barbar F. Okun,
1987) Perilaku Verbal
· Memberi nasehat
· Menceramahi
· Bersifat menentramkan klien
· Menyalahkan klien
· Menilai klien
· Membujuk klien
· Mendesak klien
· Terus-terusan menggali dan bertanya terutama dengan bertanya
mengapa
· Selalu mengarahkan klien
· Sering menuntut/ meminta kepada klien
· Sikap merendahkan klien
· Penafsiran yang berlebihan
· Menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti
· Menyimpang dari topik
· Sok intelektual
· Analisis yang berlebihan
- Bercerita mengenai diri
terlalu banyak
Perilaku
Nonverbal
· Membuang pandangan/ melengah
· Duduk menjauh dari klien
· Senyum menyeringai/ senyum sinis
· Menggerakkan dahi
· Cemberut
· Merapatkan mulut
· Menggoyang-goyangkan jari
· Gerak-gerak isyarat yang mengacaukan
· Menguap
· Menutup mata, atau mengantuk
· Nada suara tidak menyenangkan
- Berbicara terlalu cepat
atau perlahan
Mengamati perilaku verbal dan nonverbal sebagaimana dikemukakan
diatas, jika tidak dilakukan oleh seorang konselor dengan sungguh-sungguh maka
besar kemungkinan konseling akan gagal sehingga klien mengundurkan diri dan
tidak kembali lagi. Hal ini disebabkan karena klien merasa tidak betah
berhadapan dengan konselor yang membuat dia tersinggung, kesal, dan bahkan
marah. Karena itu, calon konselor perlu dilatih bahasa verbal dan perilaku
nonverbal di dalam setting laboratorium dan praktek lapangan dengan tujuan:
1.
Mencarkan
penggunaan teknik-teknik konseling berupa bahasa lisan (verbal).
2.
Melatih
kepribadian konselor dengan memperbanyak melakukan gerakan tubuh nonverbal yang
dapat mempengaruhi kliennya.
3.
Memahami
secara nyata perilaku verbal dan nonverbal dari klien sebenarnya.
Sebaiknya jika budaya kita ramah, sopan, bijaksana, tertib, dan
ceria, dikembangkan dalam pelatihan calon konselor agar supaya konselor
berwibawa dan efektif dalam membantu kliennya.
Berikut ini adalah tabel tentang perilaku konselor yang membantu
dan efektif (Barbara F. Okun, 1987
Perilaku
Verbal
· Mengunakan kata-kata yagn dapat dipahami Klien
· Memberikan refleksi dan penjelasan terhadap pernyataan klien
· Penafsiran yang baik/ sesuai
· Membuat kesimpulan-kesimpulan
· Merespon pesan utama klien
· Memberikan dorongan minimal
· Memanggil klien dengan nama panggilan atau anda
· Memberi informasi sesuai keadaan
· Menjawab pertanyaan tentang diri konselor
· Menggunakan humor secara tepat untuk menurunkan ketegangan
· Tidak menilai klien
· Membuat pemahaman yang tepat tentang pernyataan klien
- Penafsiran yang sesuai
dengan situasi
Perilaku
Nonverbal
· Nada suara disesuaikan dengan klien (umumnya sedang, tenang)
· Memelihara kontak mata yang baik
· Sesekali menganggukan kepala
· Wajah yang bersemangat
· Kadang-kadang memberi isyarat tangan
· Jarak dengan klien relatif dekat
· Ucapan tidak terlalu cepat/ lambat
· Duduk agak condong kearah klien
· Sentuhan (touch) disesuaikan dengan usia klien dan budaya
lokal
- Air muka ramah dan
senyum
Sangat bagus.dan menarik pembahasannya
BalasHapusSangat membantu 👍
BalasHapusMenarik pembahasannya
BalasHapusIjin copy ..hahha
BalasHapus