Pengikut

Selasa, 24 April 2018

PERILAKU VERBAL DAN NONVERBAL DALAM KONSELING


2.1    Pengertian Perilaku Verbal
Perilaku verbal sebenarnya adalah komunikasi verbal yang biasa kita lakukan sehari-hari. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal bahasa memegang peranan penting.


2.2    Pengertian Perilaku Nonverbal
Perilaku nonverbal adalah perilaku yang dalam berkomunikasi menggunakan pesan-pesan nonverbal (bahasa tubuh). Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap. Secara teoritis perilaku vebal dan perilaku nonverbal dapat dipisahkan. Namun pada kenyataannya, kedua jenis perilaku ini saling jalin-menjalin, saling melengkapi dalam berperilaku dan berkomunikasi yang kita lakukan sehari-hari (Jalaludin Rakhmat, 1994).
Dalam relasi konselor-klien terjadi perilaku verbal (bahasa lisan) yang didalamnya terlibat pula perilaku nonverbal, seperti geraka isyarat, gerak tubuh, air muka, getaran suara, cara duduk, dan sebagainya. Bahasa lisan (verbal) mungkin saja bertentangan dengan perilaku nonverbal dan mungkin pula perilaku nonverbal mendukung/ menekankan bahasa lisan.
Perilaku nonverbal tidak muncul secara acak, akan tetapi berada di setiap elemen helping relationship. Artinya, klien terus saja menghadirkan perilaku tersebut bersamaan dengan lisannya. Sebab setiap saat klien mungkin saja secara tidak disadari menekankan atau menentang bahasa lisannya dengan perilaku nonverbal.
Dari pernyataan-pernyataan diatas, maka pengertian dari perilaku nonverbal adalah mecangkup segala ungkapan yang tak disadari klien dalam bentuk gerak isyarat, gerak tubuh, air muka, nada/ getaran suara, dan tarikan nafas.
Suatu ilmu yang mempelajari bahasa tubuh (body language) diberi nama kinesics, yaitu ilmu yang didasari atas pola-pola perilaku yang berhubungan dengan gerak tubuh termasuk gerak jari-jari, gerak bibir, dan mata. Suatu study (Julius fast, 1973 ) menunjukkan bahwa bahasa tubuh dapat bertentangan dengan bahasa verbal. Suatu contoh klasik adalah seorang gadis yang mengatakan kepada konselor bahwa dia sangat membenci pacarnya, sementara pada air mukanya ia memungkiri.
 


2.3    Klasifikasi Perilaku Nonverbal
Mark L. Knapp dalam bukunya Nonverbal Comunnication in human Interaction ( 1973) mengatakan bahwa perilaku verbal dan nonverbal amat lengket sehingga  sulit untuk memisahkannya.
Berdasarkan penelitian, perilaku nonverbal dapat dikelompokkan menjadi:
1.  Body motion atau kinesics behavior. Termasuk didalamnya : gestures (gerak isyarat), gerakan tubuh, pernyataan air muka, perilaku/ gerakan mata.
2.  Physical characteristic, (karakterristik fisik): yang termasuk tanda-tanda fisik yang tak bergerak seperti, bau badan / mulut, berat, tinggi, dan sebagainya.
3.   Pouching behavior, yaitu perilaku-perilaku dalam kontak dengan orang lain seperti usapan, salaman, ucapan selamat tinggal, memukul, dan memegang.
4.   Paralangguage: yaitu hal-hal yang berhubungan dengan lisan/ bahasa/ suara, termasuk kualitas bahasa seperti tekanan suara, ritme/ irama, tempo, artikulasi, resonansi, dan karakteristik vokal.
5.      Proxemics : penggunaan jarak atau kedekatan.
6.   Artifac : yaitu perilaku yang erat kaitanya dengan benda-benda yang digunakan seperti penggunaan lipstik, parfum, kacamata, wig, dan sebagainya. 
7.  Environmental factors : yaitu perilaku nonverbal yang berkaitan dengan lingkungan seperti penggunaan perabotan, dekorasi interior, lampu-lampu, harum-haruman, warna, temperatur, musik, suara, dan sebagainya.



2.4    Tujuan Perilaku Nonverbal
Tujuan-tujuan dari perilaku nonverbal telah dikelompokkan oleh Paul Ekman dan W.V. Friesen dalam bukunya The Repertoire of Nonverbal Behavior (1969) yaitu :
1.      Sebagai emblems (lambang). Perilaku-perilaku nonverbal ini adalah melukiskan kata-kata atau ungkapan-ungkapan seperti gestures (isyarat-isyarat) untuk menyatakan I’m OK. Atau untuk menunjukkan damai. Mengusir dengan gerakan kepala, anggukan atau gelengan untuk menyatakan ‘’ya’’.
2.      Sebagai ilustrator (juru lukis).  Perilaku nonverbal ini berguna untuk mendampingi pidato, yang biasanya dengan tangan dan gerakan tubuh yang menekankan apa yang diucapkan.
3.      Sebagai affect display ( pernyataan-pernyataan perasaan ) seperti ekspresi air muka yang diulangi, memperbesar pertentangan, atau berhubungan dengan keadaan perasaan dalam verbal (marah, takut, senang).
4.      Sebagai regulations (pengaturan-pengaturan) terhadap perbuatan seperti goyangan kepala, karlingan mata, yang memelihara atau mengatur pembicaraan dan mendengarkan.
5.  Sebagai adapters yaitu penyesuaian gerak tubuh dan penyesuain emosi seperti : gerak kaki, penyesuaian/ pengaturan emosi, sikap, dan penyesuaian sosial.



2.5    Fungsi Perilaku Nonverbal
Menurut Ekman (Shetrzer and Stone, 1979) terdapat lima fungsi nonverbal yaitu:
1.      Menekankan isi dari pesan lisan.
2.      Menjelaskan isi dari pesan lisan.
3.      Menguji suatu kebisuan verbal.
4.      Menyediakan informasi yang berhubungan dengan pesan lisan.
            5.   Menambah informasi baru bukan dalam isi pesan lisan

2.6 Perilaku Nonverbal dalam Konseling

Perilaku nonverbal sangat dibutuhkan oleh seorang konselor, dimana untuk mengetahui atau memperjelas makna bahasa lisan yang disampaikan seorang klien. Dengan dapat membaca bahasa tubuh kliennya konselor akan mampu melahirkan sikap konselor yang empati, memahami, dan menghargai klien.


1.      Metode penggunaan fotografi
Tujuan dari metode ini adalah untuk menentukan apakah emosi dapat diteliti dengan cermat. Kelehaman dari penggunaan fotografi yaitu karena ketiadaan gerakan dan kurangnya informasi tentang urutan kegiatan perilaku dalam fotografi tersebut.
2.       Metode film dan video
Pada abad ke-21 penggunaan film sebagai praktek konseling sudah hal biasa. Ruangan konseling dilengkapi dengan kamera TV pengintai (surveillance camera) untuk dipancarkan ke layar TV di ruangan observasi dimana berkumpul beberapa calon konselor untuk mengamati emosi, stres, perilaku nonverbal, dan bahasa lisan dari klien itu.
3.      Gerakan isyarat
Gerakan isyarat telah diteliti dalam beberapa setting drama, pidato, dan kegiatan belajar-mengajar. Perilaku nonverbal kegiatan belajar-mengajar di kelas telah diteliti dengan menggunakan rekaman film dan video. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki keterampilan guru dalam mengajar serta respon guru terhadap emosi siswa dikelas.
4.      Setting wawancara
Dalam setting wawancara, khusunya wawancara konseling, konselor dapat mengamati bahasa nonverbal klien misalnya klien stres, klien dengan isyarat tertentu, pengawakan tubuh waktu duduk, serta gerakan tubuh yang mengandung makna-makna tertentu.
5.   Pengamatan psikiatris
Fieldman (1959), mengumpulkan suatu daftar isyarat-isyarat yang representatif tentang percakapan dan gerakan tubuh yang bermakna. Berikut daftar isyarat-isyarat (yang representif) beserta makna/ tafsiran dari fieldman dalam buku Mannerisms of Speech and Gestures in Everday Life. Hal ini tentunya ditafsirkan menurut budaya Amerika.
1.      Erect Head (kepala Tegak); artinya percaya diri, harga diri, berani.
2.      Bowed head (kepala tunduk); artinya kerendahan hati (humility), pengunduran diri (resigation), rasa bersalah (guilt), kepatuhan (submission).
3.      Touching nose (memegang hidung); cemas (anxiety), ketakutan untuk tampil (demam panggung/ stage frigate) di depan umum.
4.      Artificial cough (batuk buatan); kritik, meragukan, heran, cemas.
5.      Closing ears with hands (menutup telinga dengan jari-jari); tidak mau mendengarkan.
6.      Forming ring with finger (membentuk cincin dengan jari); persatuan, kepuasan.
7.      Rubbing thumb and middle finger (menggosok-gosokkan ibu jari dan jari tengah); mencari solusi.
8.      Pressing head with hands (menekan-nekan kepala dengan tangan); mengalami banyak kesukaran, keputusasaan, ketakberdayaan.
Masyarakat indonesia dengan budayanya yang pluralistik juga mempunyai isyarat-isyarat bahasa nonverbal dimana secara umum dapat dimaknai oleh orang indonesia. berikut ada beberapa bahasa isyarat dalam perilaku nonverbal pada budaya indonesia.
1.      Membelalakkan mata; artinya marah, terkejut, menentang, heran.
2.      Muka merah; malu, menahan marah.
3.      Dahi dikerutkan mata agak terpejam; menghadapi kesukaran.
4.      Menggosok-gosok mata; menghadapi kesukaran, berpikir.
5.      Menggaruk-garuk kepala; menahan malu, kesal.
6.      Memegang kepala dengan kedua tangan sambil tertunduk; kecewa, konflik, stres, keadaan pelik menekan.
7.      Telinga merah; menahan malu, marah.
8.      Menggoyang-goyang kaki saat duduk; menahan stres.
Dalam proses konseling, konselor diharuskan untuk lebih sedikit bicara dari pada klien. Meskipun klien tidak bicara dan hanya mengungkapkan lewat bahasa nonverbal. Banyak orang percaya bahwa perilaku nonverbal konselor dapat mengubah perilaku klien. Perilaku nonverbal sangat berhubungan dengan perilaku verbal, sehingga sulit untuk dipisahkan.
Beberapa perilaku nonverbal yang sangat berkaitan dengan perilaku verbal yaitu:
1.      Isyarat muka
Isyarat muka ini mempunyai tujuan utama untuk memperlihatkan komunikasi yang bersifat afek yakni emosi dan sikap seperti perasaan senang, sedih, marah, jijik, muak, dan sebagainya.
Dalam praktek konseling, baik individu maupun kelompok bahasa nonverbal berpengaruh besar terhadap bahasa lisan sehingga menjadikan klien lebih terbuka, lebih jujur, dan senang menceritakan perasaan dan pengalamannya kepada konselor tanpa merasa malu atau takut.
2.      Proxemic behavior
Proxemic behavior adalah ketidakkonsistenan antara perilaku verbal dan nonverbal konselor terhadap klien. Apabila konselor menyampaikan ucapan empati kepada klien, tetapi tidak diikuti dengan bahasa tubuh, maka bahasa lisan konselor tidak akan mempengaruhi perilaku klien.
3.      Perilaku attending
Dalam perilaku attending terdapat berbagai bahasa nonverbal seperti senyum, ekspresi wajah yang cerah, kontak mata yang bersinar, anggukan kepala, badan agak membungkuk kedepan, semua itu akan mendukung bahasa lisan seorang konselor. Bahkan perilaku attending akan memudahkan klien mengungkapkan isi hatinya secara jujur dan terbuka tanpa merasa malu dan takut kepada konselor.

 
2.1    Perilaku Verbal dan Nonverbal Konselor
Sering terjadi bahwa perilaku konselor kurang bermakna, suka mengkritik dengan tajam, kurang bersahabat, dan sebagainya. Lisan konselor yang demikian itu akan itu akan membuat klien menjadi enggan berbicara dengannya. Disamping itu adapula perilaku nonverbal konselor yang membuat klien kesal, benci, dan sebagainya. Hal itu dapat terjadi karena konselor kurang sensitif dan kurang terlatih dengan perilaku verbal dan nonverbalnya.
       Berikut ini adalah contoh-contoh perilaku verbal dan nonverbal konselor yang kurang baik dan tidak efektif yang dapat membuat tujuan konseling tidak tercapai (Barbar F. Okun, 1987)

Perilaku Verbal
·      Memberi nasehat
·      Menceramahi
·      Bersifat menentramkan klien
·      Menyalahkan klien
·      Menilai klien
·      Membujuk klien
·      Mendesak klien
·      Terus-terusan menggali dan bertanya terutama dengan bertanya mengapa
·      Selalu mengarahkan klien
·      Sering menuntut/ meminta kepada klien
·      Sikap merendahkan klien
·      Penafsiran yang berlebihan
·      Menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti
·      Menyimpang dari topik
·      Sok intelektual
·      Analisis yang berlebihan 
-   Bercerita mengenai diri terlalu banyak 

Perilaku Nonverbal
·      Membuang pandangan/ melengah
·      Duduk menjauh dari klien
·      Senyum menyeringai/ senyum sinis
·      Menggerakkan dahi
·      Cemberut
·      Merapatkan mulut
·      Menggoyang-goyangkan jari
·      Gerak-gerak isyarat yang mengacaukan
·      Menguap
·      Menutup mata, atau mengantuk
·      Nada suara tidak menyenangkan
-    Berbicara terlalu cepat atau perlahan 
  


Mengamati perilaku verbal dan nonverbal sebagaimana dikemukakan diatas, jika tidak dilakukan oleh seorang konselor dengan sungguh-sungguh maka besar kemungkinan konseling akan gagal sehingga klien mengundurkan diri dan tidak kembali lagi. Hal ini disebabkan karena klien merasa tidak betah berhadapan dengan konselor yang membuat dia tersinggung, kesal, dan bahkan marah. Karena itu, calon konselor perlu dilatih bahasa verbal dan perilaku nonverbal di dalam setting laboratorium dan praktek lapangan dengan tujuan:
1.      Mencarkan penggunaan teknik-teknik konseling berupa bahasa lisan (verbal).
2.      Melatih kepribadian konselor dengan memperbanyak melakukan gerakan tubuh nonverbal yang dapat mempengaruhi kliennya.
3.      Memahami secara nyata perilaku verbal dan nonverbal dari klien sebenarnya.
Sebaiknya jika budaya kita ramah, sopan, bijaksana, tertib, dan ceria, dikembangkan dalam pelatihan calon konselor agar supaya konselor berwibawa dan efektif dalam membantu kliennya.
Berikut ini adalah tabel tentang perilaku konselor yang membantu dan efektif (Barbara F. Okun, 1987


Perilaku Verbal
·      Mengunakan kata-kata yagn dapat dipahami Klien
·      Memberikan refleksi dan penjelasan terhadap pernyataan klien
·      Penafsiran yang baik/ sesuai
·      Membuat kesimpulan-kesimpulan
·      Merespon pesan utama klien
·      Memberikan dorongan minimal
·      Memanggil klien dengan nama panggilan atau anda
·      Memberi informasi sesuai keadaan
·      Menjawab pertanyaan tentang diri konselor
·      Menggunakan humor secara tepat untuk menurunkan ketegangan
·      Tidak menilai klien
·      Membuat pemahaman yang tepat tentang pernyataan klien
-    Penafsiran yang sesuai dengan situasi

Perilaku Nonverbal
·      Nada suara disesuaikan dengan klien (umumnya sedang, tenang)
·      Memelihara kontak mata yang baik
·      Sesekali menganggukan kepala
·      Wajah yang bersemangat
·      Kadang-kadang memberi isyarat tangan
·      Jarak dengan klien relatif dekat
·      Ucapan tidak terlalu cepat/ lambat
·      Duduk agak condong kearah klien
·      Sentuhan (touch) disesuaikan dengan usia klien dan budaya lokal
-    Air muka ramah dan senyum 



4 komentar: